Opini

Memprediksi Awal Syawal 1438 H

Sab, 24 Juni 2017 | 08:34 WIB

Oleh Moh. Salapudin
Lebaran Idul Fitri 1438 H nanti kemungkinan besar akan dilaksanakan secara bersama-sama oleh sebagian besar umat Islam di Indonesia. Diprediksi tidak ada perbedaan dalam penetapan awal Syawal 1438 H antara pemerintah dengan dua ormas besar Islam Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah. Pasalnya, keadaan hilal pada menjelang awal Syawal 1438 H kali ini secara astronomis telah memenuhi kriteria yang dipedomani baik oleh pemerintah Indonesia, NU, maupun Muhammadiyah.

Menurut perhitungan astronomis yang dilakukan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), ketinggian hilal saat matahari tenggelam di seluruh wilayah Indonesia pada akhir Ramadhan, yang bertepatan pada hari Sabtu, 24 Juni 2017, paling rendah berada pada kisaran 2,16 derajat di Jayapura, Papua, dan paling tinggi 3,65 derjat di Tua Pejat, Sumatera Barat. Umur bulan berkisar antara 5, 98 jam di Merauke, Papua, dan 9,42 jam di Sabang, Aceh.

Meski tetap menunggu hasil sidang itsbat yang baru akan dihelat oleh Kementerian Agama (Kemenag) pada Sabtu (24/060 sore ini, jika melihat data astronomis di atas, pemerintah diprediksi akan menetapkan awal Syawal (Idul Fitri) 1438 H jatuh pada hari Ahad (25/6) besok. Sebab dalam menentukan awal bulan Kamariah, khususnya Ramadhan, Syawal, dan Zulhijah, pemerintah menggunakan metode imkan rukyat (visibilitas hilal).

Kriteria imkan rukyat atau kemungkinan (hilal) bisa dilihat yang dipedomani oleh pemerintah adalah kriteria Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS). Kriteria MABIMS meliputi tinggi hilal minimal 2 derajat dan umur bulan 8 jam dari saat ijtimak ketika matahari terbenam, serta jarak sudut bulan dengan matahari (elongasi) 3 derajat. Menurut Thomas Djamaluddin (2005) MABIMS mengadopsi kriteria tersebut berdasarkan pengalaman empirik pengamatan hilal awal Ramadhan 1394 H/16 September 1974 yang dilaporkan oleh 10 saksi dari 3 lokasi yang berbeda. Perhitungan astronomis kala itu menyatakan tinggi hilal sekitar 2 derajat dengan beda azimut 6 derajat dan umur bulan sejak ijtimak 8 jam. Jika kriteria tersebut terpenuhi, maka pemerintah ā€“melalui sidang itsbat- dapat menetapkan awal Ramadhan, Syawal, dan Zulhijah.

Lalu bagaimana dengan NU dan Muhammadiyah?Ā 

Muhammadiyah malahan sudah memutuskan bahwa Idul Fitri 1438 H jatuh pada hari Ahad, 25 Juni (kumparan.com). Hal ini mengingat metode yang dipakai Muhammadiyah dalam menentukan awal bulan Kamariah adalah wujudul hilal. Wujudul hilal yang secara harfiah bermakna hilal telah wujud ini, menurut ilmu falak adalah matahari terbenam lebih dulu daripada bulan (meskipun hanya selisih satu menit atau kurang) yang diukur dari titik Aries hingga benda langit dimaksud dengan pengukuran berlawanan dengan jarum jam (Susiknan Azhari, 2012). Prinsip utama dari sistem ini, sebagaimana dikatakan Ahmad Izzuddin (2007) adalah sudah masuk bulan baru bila hasil hisab menyatakan hilal sudah di atas ufuk hakiki (positif) walaupun belum atau tidak imkan rukyat.

Sementara itu, NU yang mengusung rukyatul hilal dalam penentuan awal bulan Kamariah akan menunggu hasil laporan dari tim pengamat hilal yang tersebar di pelbagai wilayah di Indonesia. Meski memakai rukyatul hilal, dalam praktiknya NU juga melibatkan peran hisab. Peran hisab dalam NU digunakan untuk menerima atau menolak kesaksian hilal. Hisab yang dipakai adalah kriteria imkan rukyat pemerintah (2-3-8). Artinya, jika menurut data astronomis hilal sudah memenuhi kriteria imkan rukyat, maka kesaksian hilal akan diterima.

Potensi perbedaan sebenarnya tetap ada, yakni bila tidak ada satu pun dari pengamat hilal yang berhasil mengamati hilal, maka NU akan menggenapkan usia bulan Ramadhan menjadi tigapuluh hari (istikmal) sehingga Idul Fitri akan jatuh pada Senin (26/6). Namun, melihat posisi hilal, juga pengalaman yang sudah-sudah, saya optimis akan ada tim pengamat yang berhasil melihat hilal. Ā Ā 

Muhammadiyah sudah memutuskan. NU menunggu laporan rukyatul hilal dari tim perukyat. Awal Syawal 1438 H sudah dapat diprediksi berdasarkan keadaan hilal. Kita tentu mengharapkan dapat ber-Idul Fitri bersama-sama. Meski demikian, sebaiknya kita menunggu ketetapan dari pemerintah yang akan diumumkan seusai pelaksanaan sidang itsbat Sabtu (24/6) sore ini. Wallahu Aā€™lam. Ā  Ā Ā 

Penulis pernah belajar ilmu falak di UIN Walisongo Semarang