Nasional

Arti Silent Majority yang Pernah Disebut sebagai Faktor Keunggulan Prabowo-Gibran

Sab, 17 Februari 2024 | 06:30 WIB

Arti Silent Majority yang Pernah Disebut sebagai Faktor Keunggulan Prabowo-Gibran

Proses pemungutan suara di TPS 009 Dusun Biron, Desa Banaran, Kecamatan Gemawang, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. (Foto: NU Online/Saiful Amar)

Jakarta, NU Online

Hasil perhitungan resmi (real count) pemilihan presiden (pilpres) 2024 yang dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah mencapai progres 64,01% dari keseluruhan suara pada Sabtu (17/2/2024) pukul 09.30 WIB.


Per 17 Februari 2024 pukul 09.30 WIB, data menunjukkan perolehan suara Paslon 01 (Anies-Muhaimin) sebanyak 24,67%, Paslon 02 (Prabowo-Gibran) 57,46%, dan Paslon 03 (Ganjar-Mahfud) 17,87%.


Melalui data tersebut, Paslon 02 unggul jauh dari Paslon lainnya. Keunggulan Paslon 02 disebut-sebut karena faktor Silent Majority


Gubernur Jawa Barat periode 2018-2023, Ridwan Kamil juga sempat menyebut istilah Silent Majority dalam Instastorynya.


"Pelajaran: Silent Majority sudah berbicara. Siapa mereka? 1. Mereka yang menyimak namun jarang komen, mereka yang jarang ribut-ribut di medsos tiap akun ini posting #politik, 2. Rame di medsos oleh noisy minority bukan ukuran realita yang sama di lapangan, 3. Bulian/ejekan di medsos tidak pernah kami jawab, cukup kami jawab dengan kerja-kerja terukur di lapangan," ucap Ridwan Kamil di laman akun Instagramnya, @ridwankamil.


Apa itu Silent Majority?

Melansir dari Kamus Britanica, Silent Majority adalah bagian terbesar dari populasi suatu negara yang terdiri dari orang-orang yang tidak terlibat aktif dalam politik dan tidak mengungkapkan pendapat politiknya di depan umum.


Mereka yang termasuk ke dalam kategori Silent Majority bisa berasal dari kalangan dengan latar belakang yang berbeda-beda, tetapi secara konsisten tidak mengungkapkan pilihannya dalam politik secara terbuka kepada orang lain.


Mereka memang tidak banyak bersuara, tetapi memiliki kekuatan yang bisa menentukan hasil pemilihan.


Sejarah Istilah Silent Majority

Istilah Silent Majority mulai mencuat saat Warren G. Hardings (Presiden keenam Amerika Serikat) mempergunakannya dalam kampanye pada tahun 1919. Setelah itu, banyak media cetak menggunakan istilah ini untuk menulis pemberitaan.


Menurut Holman dalam Silent Majorities: The Brief History of Curious Term 1920-1980, (University of Mississippi, 2019) pada tahun 1920, seorang politisi Amerika Serikat, Bruce Barton, menuliskan istilah Silent Majority dalam artikelnya yang dimuat di koran nasional untuk pertama kalinya.


Istilah ini kemudian kembali dipopulerkan oleh Richard Nixon (Presiden ke-37 Amerika Serikat) melalui pidatonya yang disiarkan di televisi pada (3/11/1969) tentang Perang Vietnam. 


"And so tonight-to you, the great silent majority of my fellow Americans - i ask for your support (dan pada malam ini, kepada kalian, the great silent majority dari seluruh rakyat Amerika, saya meminta dukungan kalian)," kata Nixon dalam kutipan pidatonya di Miller Center yang bertujuan meyakinkan rakyat AS untuk mengambil langkah perdamaian dan mengakhiri Perang Vietnam.