Daerah

Ansor Banyumas Gelar Dialog Kebangsaan, Tolak Paham Khilafah

Jum, 23 Juni 2017 | 14:32 WIB

Banyumas, NU Online
Pengurus Cabang GP Ansor Kabupaten Banyumas menggelar dialog kebangsaan bertemakan Menjaga Keutuhan Bangsa, NKRI serta Menolak Faham Khilafah dan Intoleran, di Gedung Kopri Banyumas, Rabu (21/6).

Hadir dalam kegiatan itu, Ketua PCNU Banyumas KH Maulana Hasan, Akademisi dari Unsoed Purwokerto, Sisno Sudjana, serta Banom NU Kabupaten Banyumas.

Selain itu, hadir pula sekitar 150 anggota Ansor dan Banser, serta organisasi masyarakat, seperti Komando Pejuang Merah Putih (KPMP), Gereja Kristen Jawa (GKJ) Cabang Purwokerto, PMII Koin, Gusdurian, PMII Cabang Banyumas, dan Perwakilan dari Pagar Nusa.

Ketua panitia pelaksana Suhardiman dalam sambutannya mengatakan, kegiatan ini untuk mengoreksi kesalahan pemahaman terhadap NKRI. Untuk itu, materi tentang NKRI dikupas oleh dua narasumber dari PCNU dan akademisi.

"Kami juga minta kesediaan masing-masing organisasi masyarakat untuk menandatangani kesepakatan bersama dalam Menjaga Keutuhan Bangsa, NKRI serta Menolak Faham Khilafah dan Intoleran," katanya.

KH Maulana Hasan menyatakan manusia merupakan makhluk sosial yang dimaknai sebagai  keharmonisan. Jadi jauh sebelum ada perintah melaksanakan, agama, manusia punya harmoni. Menurut dia, manusia dalam posisi orang yang rugi, ketika orang tersebut tidak memiliki iman. Untuk itu, harmoni merupakan bagian dari manifestasi seorang tersebut mempunyai iman.

"Jadi jauh sebelum bicara agama, negara, jabatan, manusia harus menjaga perdamaian dan persaudaraan, karena kodrat manusia ada keharmonian," katanya.

Ia juga mengatakan, apabila berbicara manusia sudah memiliki agama. Tentu agama ini adalah bukan kejahatan dan kekerasan. Agama itu lentur dan lembut, serta Islam Rahmatan lil 'Alamin, yang dapat menjadi penyejuk bukan hanya untuk umat manusianya saja, melainkan untuk seluruh alam semesta.

"Harusnya Islam ini menjadi penyejuk, kasih sayang bagi siapapun. Ini sudah dipraktikkan sebelum Indonesia lahir, sebelum ada hak asasi manusia, atau sekitar 1400 tahun lalu ketika Rasulullah SAW mendirikan negara Madinah," katanya.

Dikatakan, Rasulullah SAW tidak mendirikan negara berdasarkan agama, ras, suku dan golongan, tapi mendirikan negara Madinah yang mempunyai peradaban dan menghargai antarumat manusia, dan bisa memanusiakan manusia, serta negara yang memperlakukan seluruh manusia secara hukum memilik kesamaan.

Ia juga menceritakan tentang kiprah KH Hasyim Asyari (kakek Gusdur). Pada waktu itu, ulama-ulama di negara-negara berbasis agama Islam, Timur Tengah berlarut-larut dalam permasalahan tentang agama, KH Hasyim Asyari bertawasul, memohon petunjuk kepada Tuhan YME sehingga timbul nasionalisme yang tinggi. Nasionalis religius Islam Nusantara.

Cinta tanah air KH Hasyim Asy'ari, adalah bagian dari Iman kepada Allah, hasil dari telaah agama melalui mendekatkan diri kepada Allah. Jargon ini untuk membangkitkan semangat jiwa patriotik komponen bangsa, memperkokoh kepribadian bangsa Indonesia. (Miftah Ahmad)