Nasional

Dekan FIN Unusia Jadi Pembicara pada Festival Islam Kepulauan di Belanda

Rab, 8 Mei 2024 | 14:13 WIB

Dekan FIN Unusia Jadi Pembicara pada Festival Islam Kepulauan di Belanda

Dekan Fakultas Islam Nusantara, Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia)  Ahmad Suaedy  saat menjadi pembicara pada Festival Islam Kepulauan 4 Mei lalu (Foto: Dok. Unusia)

Jakarta, NU Online
Dekan Fakultas Islam Nusantara, Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia)  Ahmad Suaedy menjadi salah seorang pembicara pada Festival Islam Kepulauan yang diadakan oleh PCINU Belanda yang berlangsung 4 Mei 2024. Kegiatan itu mendiskusikan keberagaman agama dan budaya di wilayah Kepulauan. 


Suaedy menyampaikan makalah berjudul Melanesia-Nusantara, Archipelago Islam and Diversity yang menyoroti beberapa temuan yang menjadi fokus penelitiannya. 


Salah satu temuannya adalah adanya keberagaman agama di dalam keluarga dan komunitas etnis di Papua. Meskipun terdapat banyak suku di satu keluarga yang memeluk agama yang berbeda, kegiatan dakwah agama terus berlangsung dengan kencang tanpa konflik yang berarti.


Selanjutnya, Suaedy juga membahas pengaruh kuat dari sistem kekuasaan kerajaan atau sultanat di Papua. Di beberapa sub-distrik di berbagai daerah di Papua, tradisi kerajaan masih sangat kuat secara budaya.


Seiring dengan itu, Suaedy menyoroti peran bahasa Melayu sebagai perekat komunitas di Papua. Meskipun terdapat beragam suku dan bahasa, penggunaan bahasa Melayu telah lama menjadi alat komunikasi yang menyatukan masyarakat di wilayah tersebut.


Dalam konteks keterbukaan terhadap tradisi asing, Suaedy menekankan bahwa masyarakat asli Papua (OAP) cenderung menerima tradisi dan kepercayaan asing selama sesuai dengan tradisi mereka sendiri. Tradisi Islam Aswaja telah menjadi bagian dari tradisi Islam OAP, menunjukkan adanya integrasi yang kuat antara tradisi agama dan budaya lokal.


Terakhir, Suaedy juga menggarisbawahi peran penting keturunan Arab dalam keberagaman agama dan budaya di Papua. Meskipun tidak menjadi bagian dari sistem pemerintahan, otoritas raja dalam sistem kerajaan masih sangat kuat, menjadi penstabil dalam sistem sosial Papua yang rentan terhadap konflik.


Melalui presentasinya, Suaedy memberikan wawasan tentang dinamika keagamaan dan budaya yang unik di Papua. Temuan-temuan ini diharapkan dapat menjadi landasan untuk penelitian lebih lanjut dalam memahami hubungan antaragama dan keberagaman budaya yang berkembang di wilayah tersebut.